Sebab-Sebab
Terjadinya Kerusakan Moral Remaja
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan moral remaja. Antara lain
sebagai berikut :
1. Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela dan di luar batas
toleransi. penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang
kurang baik. Retaknya sebuah rumah tangga orang tua yang menjadikan seorang anak tidak
mengenal disiplin dan sopan santun. Hal ini di sebabkan karena orang tua sebagai
agen sosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.
2. Pengaruh budaya barat
Kota
merupakan tempat pusat segala aktifitas, keluar masuknya budaya barat menjadikan
munculnya budaya-budaya baru dan menghapus budaya-budaya lama bangsa Indonesia, lalu merasuknya
budaya-budaya asing dalam kehidupan suatu bangsa membawa banyak sekali dampak negatif. minum-minuman keras , juga narkotika
sekarang menjadi budaya baru di kota-kota besar, tidak hanya remaja yang hidup
dikota-kota besar yang mengalami tingkat kerusakan moral yang tingi bahkan
remaja yang tinggal di pedesaan yang mengenal adat istiadat yang kuat pun ikut
terpengaruh budaya barat dan mengalami tingkat Kerusakan moral yang tinggi.
3. Kurangnya perhatian
orang tua
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya mendorong para laki-laki untuk
terjun kedalamnya bahkan para perempuan pun merasa memili hak yang sama untuk
ikut terjun kedalamnya sehingga dalam sebuah rumah tangga seorang anak kurang
mendapat pengawasan dan perhatian dari orang tua mereka ,akibatnya banyakdari
mereka mncari kebahagiaan yang salah,seperti clumbing,minum-minuman keras dan
menghilangkan stres gengan obat-obatan.
4. Rendahnya tingkat pendidikan
Kurangnya pendidikan dan kemampuan diri dalam pergaulan dapat
membuat seseorang keliru dalam mengambil jalan hidupnya,sehingga mereka mudah
terpengaruh degan hal-hal baru seiring proses sosialisasi yang mereka
alami.Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
sosialisasi,karena pendidikan menjadi landasan perilaku seseorang.Kurangnya
pendidikan mengakibatkan proses sosialisasi kurang seimbang.
5. Kurangnya keefisienan dan
keefektifan lembaga sosial masyarakat
Ada
berbagai masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat, tingginya tingkat
kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah sosial, seperti meningkatnya jumlah
kriminalitas, kurangnya pendidikan,dan banyaknya jumlah penduduk yang kelaparan
serta kurang gizi. Hal tersebut dapat menarik sebagian besar perhatian pemerintah
sehingga masalah mengenai kerusakan moral remaja di kesampingkan.Kurangnya
perhatian lembaga sosial terhadap moral remaja mengakibatkan tingkat kerusakan
moral yang tinggi. Penerapan norma dan sanksi yang kurang mengikat
dari lembaga sosial mengakibatkan para pemuda mengabaikan aturan-aturan bangsa indonesia.
6. Media masa atau media informasi
Kemajuan
IPTEK melahirkan berbagai macam media yang mutakhir seperti televisi,handpone,
internet dan lain-lain.Banyaknya informasi yang bisa di peroleh dari media
tersebut menyebabkan banyak para remaja menyalahgunakan media tersebut
.Banyaknya tayangan-tayangan yang tidak seharusnya di tampilkan oleh media masa
seperti adegan-adegan kekerasan dan romantis yang sering di tayangkan oleh
media masa membuat para remaja meniru adegan-adegan tersebut.Tayangan media
masa yang sering mereka lihat dijadikan kebudayaan baru yang dianggap sesuai
dengan kemajuan zaman.Rasa tidak ingin ketinggalan zaman dari orang lain membuat
para remaja melakukan kebiasaan baru yang sudah menjadi kebudayaan atau sering
mereka jumpai seperti tayangan televisi dan lingkungan sosialisasi.
Beberapa
aspek yang dapat nanggulangi kerusakan moral remaja.
pertama adalah
Aspek pendidikan formal/lingkungan sekolah. Pendidikan yang lebih menekankan
kepada bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif
menjadi faktor penting, karena melatih integritas mental dan moral remaja
menuju terbentuknya kepribadi remaja yang memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial
dalam menghadapi benturan-benturan nilai yang berlaku
dalam lingkungan remaja itu sendiri.
Kedua, aspek lingkungan keluarga, karena proses penanaman nilai-nilai bermula dari dinamika
kehidupan dalam keluarga itu sendiri dan akan terus berlangsung sampai remaja
dapat menemukan identitas diri dan aktualisasi pribadinya secara utuh. Remaja
akan menentukan perilaku sosialnya seiring dengan maraknya perilaku remaja
seusianya yang mendapat penerimaan secara utuh oleh kalangannya. Oleh
karenanya, peranan orang tua termasuk sanak keluarga lebih dominan di dalam
mendidik, membimbing, dan mengawasi serta memberikan perhatian lebih.
Ketiga, aspek lingkungan pergaulan
seringkali menuntut dan memaksa remaja harus dapat menerima pola perilaku yang
dikembangkan remaja. Hal ini sebagai kompensasi pengakuan keberadaan remaja
dalam kelompok. Maka, perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar
situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh
dan nilai-nilai positif bagi aktifitas remaja dapat terwujud.
Keempat, aspek penegakan hukum/sanksi. Ketegasan penerapan sanksi mungkin dapat menjadi (terapi kejut) bagi remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Dan ini dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lainnya.
Keenam, aspek sosial kemasyarakat.
Terciptanya sosial yang baik dan serasi di antara warga
masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya
kontak-kontak sosial yang dinamis, sehingga muncul sikap saling memahami,
memperhatikan, sekaligus mengawasi tindak perilaku warga terutama remaja di
lingkungannya.
No comments:
Post a Comment