Sunday, July 13, 2014

Sebab dan cara Mengatasi Kerusakan Moral Remaja Indonesia

Sebab-Sebab Terjadinya Kerusakan Moral Remaja
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan moral remaja. Antara lain sebagai berikut :
1.    Penyimpangan sosial
  Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela dan di luar batas toleransi. penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang kurang baik. Retaknya sebuah rumah tangga orang tua yang menjadikan seorang anak tidak mengenal disiplin dan sopan santun. Hal ini di sebabkan karena orang tua sebagai agen sosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.
2.    Pengaruh budaya barat
Kota merupakan tempat pusat segala aktifitas, keluar masuknya budaya barat menjadikan munculnya budaya-budaya baru dan menghapus budaya-budaya lama bangsa Indonesia, lalu merasuknya budaya-budaya asing dalam kehidupan suatu bangsa membawa banyak sekali dampak negatif. minum-minuman keras , juga narkotika sekarang menjadi budaya baru di kota-kota besar, tidak hanya remaja yang hidup dikota-kota besar yang mengalami tingkat kerusakan moral yang tingi bahkan remaja yang tinggal di pedesaan yang mengenal adat istiadat yang kuat pun ikut terpengaruh budaya barat dan mengalami tingkat Kerusakan moral yang tinggi.
3.    Kurangnya  perhatian orang tua
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya mendorong para laki-laki untuk terjun kedalamnya bahkan para perempuan pun merasa memili hak yang sama untuk ikut terjun kedalamnya sehingga dalam sebuah rumah tangga seorang anak kurang mendapat pengawasan dan perhatian dari orang tua mereka ,akibatnya banyakdari mereka mncari kebahagiaan yang salah,seperti clumbing,minum-minuman keras dan menghilangkan stres gengan obat-obatan.
4.    Rendahnya tingkat pendidikan 
    Kurangnya pendidikan dan kemampuan diri dalam pergaulan dapat membuat seseorang keliru dalam mengambil jalan hidupnya,sehingga mereka mudah terpengaruh degan hal-hal baru seiring proses sosialisasi yang mereka alami.Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses sosialisasi,karena pendidikan menjadi landasan perilaku seseorang.Kurangnya pendidikan mengakibatkan proses sosialisasi kurang seimbang.

5.    Kurangnya keefisienan dan keefektifan lembaga sosial masyarakat
Ada berbagai masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat, tingginya tingkat kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah sosial, seperti meningkatnya jumlah kriminalitas, kurangnya pendidikan,dan banyaknya jumlah penduduk yang kelaparan serta kurang gizi. Hal tersebut dapat menarik sebagian besar perhatian pemerintah sehingga masalah mengenai kerusakan moral remaja di kesampingkan.Kurangnya perhatian lembaga sosial terhadap moral remaja mengakibatkan tingkat kerusakan moral yang tinggi. Penerapan norma dan sanksi yang kurang mengikat dari lembaga sosial mengakibatkan para pemuda mengabaikan aturan-aturan bangsa indonesia.

6.    Media masa atau media informasi
Kemajuan IPTEK melahirkan berbagai macam media yang mutakhir seperti televisi,handpone, internet dan lain-lain.Banyaknya informasi yang bisa di peroleh dari media tersebut menyebabkan banyak para remaja menyalahgunakan media tersebut .Banyaknya tayangan-tayangan yang tidak seharusnya di tampilkan oleh media masa seperti adegan-adegan kekerasan dan romantis yang sering di tayangkan oleh media masa membuat para remaja meniru adegan-adegan tersebut.Tayangan media masa yang sering mereka lihat dijadikan kebudayaan baru yang dianggap sesuai dengan kemajuan zaman.Rasa tidak ingin ketinggalan zaman dari orang lain membuat para remaja melakukan kebiasaan baru yang sudah menjadi kebudayaan atau sering mereka jumpai seperti tayangan televisi dan lingkungan sosialisasi.
Beberapa aspek yang dapat nanggulangi kerusakan moral remaja.
pertama adalah Aspek pendidikan formal/lingkungan sekolah. Pendidikan yang lebih menekankan kepada bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif menjadi faktor penting, karena melatih integritas mental dan moral remaja menuju terbentuknya kepribadi  remaja yang memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial dalam menghadapi benturan-benturan nilai yang berlaku dalam lingkungan remaja itu sendiri.
Kedua, aspek lingkungan keluarga, karena proses penanaman nilai-nilai bermula dari dinamika kehidupan dalam keluarga itu sendiri dan akan terus berlangsung sampai remaja dapat menemukan identitas diri dan aktualisasi pribadinya secara utuh. Remaja akan menentukan perilaku sosialnya seiring dengan maraknya perilaku remaja seusianya yang mendapat penerimaan secara utuh oleh kalangannya. Oleh karenanya, peranan orang tua termasuk sanak keluarga lebih dominan di dalam mendidik, membimbing, dan mengawasi serta memberikan perhatian lebih.
 
Ketiga, aspek lingkungan pergaulan seringkali menuntut dan memaksa remaja harus dapat menerima pola perilaku yang dikembangkan remaja. Hal ini sebagai kompensasi pengakuan keberadaan remaja dalam kelompok. Maka, perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan nilai-nilai positif bagi aktifitas remaja dapat terwujud.

Keempat, aspek penegakan hukum/sanksi. Ketegasan penerapan sanksi mungkin dapat menjadi (terapi kejut) bagi remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Dan ini dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lainnya.
Keenam, aspek sosial kemasyarakat. Terciptanya sosial yang baik dan serasi di antara warga masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya kontak-kontak sosial yang dinamis, sehingga muncul sikap saling memahami, memperhatikan, sekaligus mengawasi tindak perilaku warga terutama remaja di lingkungannya.

No comments:

Post a Comment